”...tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus/…ihdinash sirathal
mustaqiim”. Kita sebagai muslim(seperti
yang umumnya diajarkan para ulama secara turun temurun) sudah terlanjur memahami, diajarkan dan
kita juga telah ikutan mengajarkan dengan mantap pula
bahwa “Jalan Lurus/sirathal mustaqiim”
adalah sebagai suatu perilaku yang lurus tidak bengkok sesuai perintah dan
larangan Alloh sesuai syariah. Ada lagi ulama yang setuju dan menyatakan bahwa, sirathal mustaqiim adalah sebuah jembatan yang besarnya tidak lebih dari sehelai rambut yang menghubungkan umat muslim menuju sorga yang dibawahnya berupa jurang neraka yang berisi api menyala dan pedang berkelebatan. Lantas, muslim manakah yang dapat menyeberanginya?? Marilah berpikir menggunakan logika, karena sangat mungkin hal ini yang melatar belakangi turunnya surah 19;71(..dan tidak seorangpun diantaramu kecuali menuju neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu merupakan kemestian yang sudah ditetapkan!!". Hal inilah yang membuat seluruh muslim diwajibkan mendoakan Sang Rasul, juga seluruh umat muslim lain, dengan harapan dapat menyeberangi "jembatan maut" yang dimaksud diatas. Inilah yang menyebabkan kita diwajibkan berperilaku dan berbuat amal soleh sebanyak-banyaknya sesuai syariah agar dapat diselamatkan ketika meniti "jembatan maut" kelak. Namun mampukah kita menimbang lebih banyak mana amal baik kita dibanding sisi jahat kita??
Namun ternyata, semua pengertian yang diajarkan para ulama diatas salah, karena
bacaan tersebut diatas(Al fatihah) adalah sebuah doa permohonan agar kita diberi petunjuk. Jadi, pengertian tersebut diatas (melakukan perintah dan
menjauhi larangan Alloh sesuai syariah seperti yang diajarkan para ulama)
ternyata sama sekali bukan merupakan jawaban atas doa permohonan kita dalam Al fatihah
tersebut!!
Kita memang sudah setuju bahwa doa permohonan
Al-fatihah sebagai mukadimah Alquran ini memang sangat berkaitan dengan masa depan
kita setelah meninggal kelak, namun, kita muslim seperti yang saya kemukakan diatas, rata-rata umumnya memang telah keliru memahami apa itu sebenarnya "Sirathal Mustaqiim/Jalan Lurus" sehingga kita belum
tahu “harus lewat jalan mana untuk dapat
mencapai Sang Pencipta setelah kita mati”. Sehingga, hal ini dipertegas
lagi bilamana ada sesama kita ada
yang meninggal kita selalu berucap penuh harap, “innaa
lil laa hi wa innaa illaihi roji’uun……(semoga yang berasal dari Alloh kembali ke Alloh”, atau
ringkasnya; semoga dapat menemui Alloh/Sang
Pencipta).
Akan tetapi pernahkah terpikir oleh
kita bahwa untuk menemui Sang Pencipta ternyata tidaklah dapat sembarangan karena hanya
dapat melalui Sang Sirathal Mustaqiim/Jalan Lurus saja, persis seperti
yang kita minta dalam doa Al fatihah tersebut!! Dan apakah si mati tersebut diketika hidupnya sudah mendapat jawaban dari Alloh untuk
mendapatkan Sirathal Mustaqiim/Jalan
Lurus sesuai permohonan dalam doanya?
Apakah atau Siapakah sebenarnya Sang Sirathal Mustaqiim/Jalan Lurus ini??
Bagi kita yang muslim sebenarnya kita sudah
mendapatkan jawaban pasti atas doa tersebut, namun ternyata kita(sesuai
ajaran para ulama)malah selalu berkutat untuk berperilaku sesuai syariah
dan menumpuk amal namun tidak mengindahkan jawaban atas doa permohonan kita yang bahkan telah tercatat terdapat
dalam Alquran namun anehnya kita malahan diajarkan untuk terus saja memohon
supaya diberikan Jalan Lurus semenjak
1400 tahun yang lalu hingga sekarang dan entah sampai kapan lagi…tanpa kenal
lelah walaupun doa kita sudah dijawab !!
Ya, sekali lagi saya tegaskan disini bahwa doa kita sudah dijawab !! Tidak
percaya??
Mari kita bersama-sama membuka Quran
kita pada Surah 43(AS Syukruf), dan mari
membaca bersama dan merenungkannya kembali dengan hati putih tanpa prasangka
macem-macem pada ayat 61-63. Inti
dari ayat tersebut adalah ; “Akulah(Almasih Isa)
alamat pasti pada hari kiamat, Akulah(Almasih Isa) Sang Sirathal
Mustaqiim/Jalan Lurus dan ikutlah Aku(Almasih Isa)”.
Lantas, mari bandingkan dengan
ayat yang begitu terang yang diperuntukkan bagi kita yang muslim agar mengikuti
petunjuk para pengikut Almasih Isa ini ;
“Mereka(pengikut Almasih Isa) telah menerima bimbingan
Allah menuju jalan lurus. Ikutilah petunjuk mereka..!!”. (Surah 6:90).
Dan Alloh juga bahkan memberikan perintah
tegas dengan terang trowoco yang dicatat Alquran yang menyatakan dengan tegas
; “Tanyakan Ahlul Kitab, jika kau tidak percaya ini”. (Surah 21:7 & surah
16:44).
Namun saya pribadi begitu amat sangat
dapat memahami apabila pada awalnya rata-rata dari kita yang muslim memang(sesuai
ajaran para ulama kita) selalu ambigu dan tidak senang bahkan cenderung(untuk)tidak
menggubris bahkan marah apabila ditunjukkan ada ayat dalam Alquran ada
menyangkut nama Almasih Isa yang dianggap tidak sejalan dengan arus utama(tafsiran
ulama). Alasan mereka(para ulama) cukup banyak
dan memang seolah masuk akal, diantaranya, karena; bagaimana mungkin muslim akan
menggubris perintah untuk menjadi Pengikut Almasih Isa sekalipun itu tertulis
di dalam Quran? Dan; bagaimana mungkin muslim harus mengikuti “petunjuk” para
pengikut Almasih Isa yang sudah terlanjur kita anggap sesat?
Akan tetapi, sekali lagi, bukankah Alquran seperti yang kita pahami adalah
mujizat sang Rasul sebagai wahyu Alloh yang merupakan ; “kitab yang begitu jelas”,(Surah 5:15), “begitu mudah dipahami”,(Surah 44:58 , 54:22 , 54:32, 54:40), “sudah dijelaskan secara terperinci”
(Surah 6:114), “dipaparkan dengan begitu
jelas”,(Surah 5:16, 10:15), dan “bahkan tidak ada keraguan di dalamnya”,(Surah
2:1). Sehingga dengan demikian membaca Alquran tidak perlu tafsiran yang kadang
penuh kepentingan politis atau apapun yang justru menodai arti hakiki dari ayat
yang bersangkutan.
Lantas, apakah surah 43;61-63, surah 19;71, surah 6:90, surah 21:7, serta surah 16:44, tersebut diatas tidak jelas, tidak terang, dan tidak dipaparkan
dengan terperinci sehingga kita muslim ragu-ragu dan bahkan kita mesti mencari(minta petunjuk ulama) yang malah bikin bingung sebagai alasan untuk menolaknya??
Bila demikian, bukankah kita telah mengingkari ayat-ayat suci ini ?? Padahal posisi
Alquran mestinya berada diatas para ulama, bukan dibawahnya! Atau, apakah Alloh yang
kita sembah yang menyandang gelar Sang Penipu Ulung/Khairul Makheerin seperti yang
tercatat dalam Surah 8;30, telah benar-benar sedang menipu
daya kita selama 1400 tahun ini hingga akhir zaman tanpa ketahuan??
Tetapi, bukankah penulis Quran menginginkan agar
Alquran dibaca dan mudah dipahami tanpa embel-embel macem apapun, sehingga konsekuensinya,
segala bentuk penafsiran apapun mengenai Quran yang tidak konsisten dan tidak
sesuai dengan maknanya sudah semestinya kita tolak?.
Bila Alquran adalah wahyu yang jelas dan
terang sehingga mudah dimengerti oleh pembacanya serta tidak ada keraguan
atasnya dan mudah pula dipahami, sehingga tidak perlu penafsiran yang macem-macem
lagi, tapi mengapa kita mesti masih ragu-ragu menerimanya ? Bukankah menolak
satu ayat Quran berarti menolaknya secara utuh ?
Dan
surah 43; 61-63 tersebut begitu jelas tanpa keraguan dan bahkan begitu sangat
terperinci sebagai jawaban atas doa permohonan kita dalam Al fatihah bahwa Almasih Isa
ternyata adalah Sang Sirathal Mustaqiim yang selama 1400 tahun ini dengan susah
payah kita cari!!! Apa
yang harus kita tunggu lagi??
Namun saya cukup bisa memahami bila rata-rata
bahkan nyaris semua kita yang muslim pada awalnya hatinya tertutup rapat mirip saya dahulu(persis
yang umumnya diajarkan para ulama kita), bahwa kita tidak pernah
mempercayai jawaban atas do’a kita ini walaupun berasal dari Alloh dan bahkan sudah
dicatat di dalam Alquran. Kita bahkan selama 1400 tahun ini malahan masih terus
saja jungkir balik untuk mencari alasan pembenaran supaya mengabaikan dan tidak
mempercayai ayat tersebut diatas dan(para ulama) dengan sengaja tidak pernah
mengajarkan kebenaran ini kepada umat.
Diantara
alasan tersebut yang memang harus saya akui adalah karena memang sudah begitu lekatnya ajaran bahwa Injil yang
digunakan Kristiani palsu karena tidak sesuai Quran kita, tapi bukankah dalam surah
43;61-63 tersebut sama sekali tidak
menyebut Injil, tapi hanya Almasih Isa ?.
[[(..Anehnya,
(para ulama dan sarjana kita (muslim) biasanya diam
seribu bahasa) diketika diperhadapkan pada kenyataan bahwa yang
dimaksud Injil Islami Barnabas (yang pada awal 2012 silam menghebohkan dunia karena
salah satu copy manuskripnya ditemukan dan dirilis di Turki) yang
kita sanjung dan kita percaya sebagai yang asli karena
isinya bersesuaian dengan Alquran dan bahkan selalu kita gunakan untuk
menghantam iman Kristiani, namun dalam kenyataannya, setelah dibaca dengan
benar dan diperhatikan dengan seksama maka banyak sekali tulisan yang janggal sehingga
isinya memang(sudah seharusnya) tidak dapat diterima siapapun termasuk kita
muslim yang awam sekalipun!!.
Contoh paling sederhana ; ( pasal 20 ; alinea 1-2;…,
“Al-Masih Isa pergi ke laut Galilea, dan naik ke dalam sebuah perahu berlayar
ke kotanya Nazareth, dalam pada itu terjadi suatu topan di laut, sampai
akhirnya perahu itu hampir tenggelam”). Sejak kapan Nazareth
berada di pantai? Lihatlah, buktikan sendiri melalui peta geografi, bukankah Nazareth terletak di
atas bukit di Galilea dan bukan sebuah kota di pesisir pantai ?
Tidak
seperti dalam Alquran dan Injil palsu Barnabas, semua peristiwa/kejadian yang
tercatat di keempat Injil Kristiani selalu sesuai dan sama dengan fakta sejarah
yang ada, contoh perbedaannya seperti yang tercatat dalam pasal ketiga dari
Injil Barnabas yang palsu ini, ada tertulis, (pasal 3; alinea 2; “….ketika
Al-Masih lahir, Pilatus adalah Gubernur, sedangkan jabatan kepala agama
dipegang oleh Annanias dan Caiphas”).
Bila saja
yang menulis memang Barnabas(murid Yesus), maka ia akan tahu dengan baik bahwa
Pilatus menjadi Gubernur dari tahun 26 sampai 36 Masehi. Sedangkan Annanias
menjabat sebagai kepala agama pada tahun 6 Masehi dan Caiphas dari tahun 8-36
Masehi.
Jadi, dapatlah dipahami
bila umat Kristiani tidak pernah mau menggubris Injil palsu Barnabas ini karena
memang palsu…)]]. (tentang Injil palsu Barnabas ini akan dibahas
dalam artikel lain)
Percayalah, waktunya pasti sudah
dekat!! Almasih
Isa pasti segera datang untuk mengangkat kita yang mau mengakuinya sebagai Sang
Sirathal Mustaqiim/Jalan Lurus menuju Alloh(diketika Rapture_
menurut iman Kristiani,_ yaitu sebuah
peristiwa menjelang kiamat dimana Almasih Isa datang penuh kemuliaan bersama
awan dan membangkitkan/mengangkat orang mati yang percaya kepadaNya serta orang
yang masih hidup yang percaya kepadaNya untuk diangkat bersama-sama dengan Dia kerumah
Bapa di Sorga, sebelum dunia memasuki era penyiksaan panjang menjelang kiamat),
bahkan ini berlaku universal tanpa kecuali, bahkan ini juga berlaku bagi setiap
pendosa yang akhirnya percaya ayat suci diatas. Dan pada saat itulah Almasih Isa akan menunjukkan Kebenaran dan
KemuliaanNya yang sudah sejak awal dijanjikan kepada para pendosa yang mau
diselamatkanNya...
Jadi,
marilah kita terima ayat suci tersebut, kita terima dan mengikuti Almasih Isa karena
Dia merupakan jawaban pasti pada hari kiamat, Dia-lah Jalan Lurus/Sirathal
Mustaqiim yang selama ini kita cari, dan Dia bahkan telah menawarkan diri dan
mengajak kita mengikuti-Nya semenjak
1400 tahun yang lalu diketika Alquran kita mulai ditulis…..
Penegasan ayat-ayat diatas bahkan sudah disabdakan sendiri
oleh Almasih Isa semenjak 2000 tahun yang lalu, “Akulah
Jalan dan Kebenaran dan Hidup, tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa(Allah)
kalau tidak melalui Aku!”,(Injil Yohanes 14;6).
Lantas perhatikanlah bahwa kematian
Almasih Isa dan kenaikan_Nya ke sorga ternyata untuk mempersiapkan “rumah” bagi
orang yang percaya kepada_Nya, seperti kutipan di bawah ini, “Janganlah gelisah hatimu ; percayalah kepada Allah,
percayalah juga kepadaKu(Almasih Isa). Dirumah BapaKu banyak tempat
tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku
kesitu untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi kesitu dan
menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ketempatKu,
supaya ditempat Aku berada, kamupun berada. Dan kemana kamu pergi, kamu tahu jalan
kesitu”, (Injil
Yohanes 14 ; 1-4). Perhatikanlah ayat terakhir(ke 4) tersebut, “…dan kemana kamu pergi, kamu tahu jalan kesitu”,
sungguh bersesuaian dengan surah As
syukruf (43);61-63.
Sehingga
dengan demikian, siapapun yang tidak melalui Almasih Isa/Sang Sirathal Mustaqiim/Jalan Kebenaran/Jalan
Lurus, dipastikan tidak mengetahui “jalan
kesitu/sorga”.
Lihatlah, bila
kita percaya, kita akan mendapat kepastian sehingga tidak perlu lagi berucap “innaa lil laa hi wa innaa illaihi
roji’uun……(berasal dari Alloh kembali ke Alloh)”, bahkan kita malah mendapatkan bonus yang luar biasa ini, “Sekiranya kamu mengenal Aku(Almasih
Isa/Sang Sirathal Mustaqiim), pasti kamu juga mengenal
BapaKu. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia”,(Injil
Yohanes 14;7).
[artikel
ini dibuat bukan untuk bahan olok-olok, tapi agar dapat menjaring sebanyak
mungkin umat untuk berbalik ke dalam kebenaran hakiki agar dapat diselamatkan dari siksaan kekal di neraka (QS19;71), semua komentar sebaiknya disampaikan secara sopan dan bahasa
yang baik, tanpa caci maki, terimakasih_ki sapu djagat].
membaca artikel ini mesti dengan hati bersih tanpa prasangka,
ReplyDeletesemoga semua makhluk segera berbahagia....
apa yang menginspirasi anda menulis artikel ini? salute buat anda...
ReplyDeletesemoga harapan anda menjadi nyata...
@ tjamboek, terimakasih...
ReplyDeletekurang kerjaan...
ReplyDeleteSikahkan dibaca lagi Al-Qurannya dengan hati yang bersih, Karena tidak akan menyentuhnya (memahami isinya) kecuali orang yang suci / bersih hati. Semoga Allah yang Maha Esa (satu/Ahad) memberikan hidayah-Nya kepada anda, Aaamin
ReplyDeleteMuter sana muter sini ujung2xnya isa jalan yg lurus, mau cari2x pembenaran yesus sbg tuhan dlm alquran kah :)) . Padahal sudah jelas dalam alquran apa itu jalan yg lurus. Pilih mana: opinimu ataukah alquran :
ReplyDeleteSesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus. (QS 3: 51)
Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus (Maryam : 36)
dan hendaklah kamu menyembah-Ku (Allah). Inilah jalan yang lurus (QS 36 : 61)
Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus.(QS 43:64)